Kadang sangat sulit melepaskan apa yang telah pergi, apa yang telah tersirat, apa yang telah hidup dan apa yang mengakar di belakangnya. Sama seperti hati yang ditinggalkan, yang berdetak dan akhirnya yang berdiri sendiri.
Iya... dia hanya sendiri sekarang. Tidak mencoba untuk mencari hati yang lain, tidak mencoba mencari pemilik yang baru. Tidak bisa pindah? Bukan. Namun dia menunggu, untuk yang terbaik dengan sendirinya datang.
Tidak bisa melupakannya? YES! Bagaimana melupakannya jika jarak kedua ruang kami sangat tipis? Lalu masih saja menyimpan nomor teleponnya, selalu stalker social medianya, ataupun sekedar menuliskan pesan, aku kangen kamu (?)
What's wrong with this heart? Apa yang salah?
12 Januari 2012, bukan sebuah rencana aku dan dia memutuskan bersama. Exacly, who know about destiny?
Senang. Senang sekali. Saat itu, mungkin aku dan dia, hanya memiliki setengah keutuhan perasaan sayang. Dua minggu setelah itu, semuanya tampak lebih abu-abu. Bosan, salah satu hal yang kadang membuatku malas menemuinya.
Menumpuk dan berlajut, dan akhirnya tepat diakhir Januari, dia memutuskan untuk mengakhiri semuanya.
Berapa bulan setelah itu, semuanya kembali normal. Kurasa memang ada yang salah dengan hatiku, dan hatinya. Kuakui kita kembali dekat. Perasaan itu muncul lagi, dan kali ini, punya tameng yang lebih kuat, lebih teryakini. Feeling that I never got it before. What should I do?
Liburan panjang semester dua, membuka lagi cerita itu. Aku menyayanginya, dan dia menyayangiku. Aku yakin atas hal itu. Berbeda seperti dulu. Sangat.
Hari Kamis, 12 Juli 2012, seat 9D-8D 21 dan Film The Amazing Spiderman, menjadi salah satu kejadian penting yang membuktikannya.
Aku kembali padanya lagi, kurasakan apa yang benar-benar dinamakan sayang. Ketulusan. Aku yakin aku dan dia yakin pada ketulusan itu. Ketulusan akan kasih dan percaya.
Percaya bahwa aku dan dia akan tetap bersama, kapanpun, sampai kapanpun...
September 2012, titik jenuh itu kembali datang, sampai pada salah satu special occasion that I called Birthday. 3rd October, that was my 16th birthday. Dia datang, bersama ke lima sahabat karibku. Membawa satu satu buah kue tart, dengan kedua angka di atasnya. 1 dan 6
Dia datang, masih memakai seragam sekolahnya, dan satu senyuman itu. Mendatangiku, yang berlumur tepung dan air, serta rambut yang kusut sana sini. Dia masih tersenyum, melegakan sekali.
Kuucapkan doa panjangku, lalu meniup lilin itu. Persis di depan kelas XI IPA 1, disaksikan siswa-siswi yang lalu lalang hendak pulang.
Minggu pertama Oktober, entah apa yang merasuki fikiranku dan dia. Dia sangat cuek saat itu. Aku tau, mungkin ujian SMA lah yang membawa sifat cueknya itu kembali lagi. Awalnya aku memahaminya, namun, seiring waktu, it's so hard I think.
Tepat lima hari sebelum anniversary 9 bulan, aku dan dia kembali berpisah.
Demi dia.
Demi sekolahnya.
Demi apa yang dia cita-citakan.
Aku mengalah... Untuknya.
Aku kehilangannya. Sangat kehilangannya. Bahkan untuk melihatnya saja, semuanya begitu rumit. Aku rasakan semuanya mendadak hampa. Tanpa oksigen, dan kamu hanya bisa bernafas dengan karbondioksida.
Cukup lama aku berusaha melupakannya, membuang ingatan tentang dia, tentang ucapannya, tindakannya, dan kenangan-kenangan itu.
Dan satu hal yang entah mengapa muncul begitu saja : Aku takut mempercayai orang lain lagi. Dan takut menyayangi orang lain.
Akhir Desember 2012, kutemukan seorang lain dalam hidupku. Salah satu juniorku dan satu anak bertingkat sama denganku. Namun, semua itu terlewati begitu saja. Hanya lewat, tidak mampir. Tidak ada feel KLIK yang benar.
Januari 2013, kulewati akhir 2012 sendirian. Kuhabiskan malam pergantian tahun dengan quality time family. Cukup berhasil. Iya itu berhasil.
12 Januari 2013, tepat satu minggu yang lalu saat kuposting tulisan ini. Dia mengirimkan satu kalimat panjang failed anniversary tepat jam 12 malam, dengan bahasa inggris dan diikuti alasan bahwa dia ingin serius belajar. Kujawab satu pesan itu, pagi harinya. Kukatakan bahwa aku mendukungnya. Kurasa itu jawaban yang paling tepat saat ini. Saat itu.
Aku tak tahu, sampai kapan, semua perasaan ini luntur seutuhnya. 0%
Yang paling jelas dari itu semua, aku ingin kembali mempercayai orang lain, melupakannya dan membuka apa yang baru, meninggalkan apa yang lampau.
Aku juga dia mencari hati yang lain, hati yang lebih baik dan mengerti satu sama lain. . .
Terakhir untuk seseorang yang telah menjadi bagian dari hidupku kemarin
P.N.L
terimakasih untuk moment indah itu :)
Regards
Natasha Elfana
Read More